Mari Bertemu Hal-Hal Baik di Agustus
Sebelum Agustus berjalan lebih jauh, aku ingin menyambutnya sehangat aku menyambut Juli. Dan untuk Juli, semoga kita dapat bertemu kembali pada tahun yang akan datang—semoga bulanmu selalu mampu merekahkan senyuman dan membangkitkan semangat untuk periode selanjutnya.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat seolah tak tercipta jeda—kaki dipaksa untuk berlari mengejar progress, sementara napas terengah-engah seolah tubuh minta istirahat. Mataku yang terpejam mendadak terbuka lebar, kemudian pikiran mulai mengambil alih bertanya, "ini waktu yang berlalu cepat atau progressku yang lambat?"
Membuka album foto pada layar handphone, perlahan menggeser satu persatu potret yang sudah lama tenggelam—mulai dari Januari sampai akhir Juli, kemudian kembali mendapatkan senyumanku dengan lirih terucap, "selama ini aku berproses dan beberapa tujuan sudah terealisasi—lulus sidang, mendapat pekerjaan baru dan puncaknya berani keluar dari zona nyaman, seperti berani terkoneksi dengan orang baru, menerapkan pola hidup sehat serta belajar dari hal yang tertinggal."
Di balik semua proses ada kendala yang perlu ku improve—tentang konsisten, niat dan waktu. Akhir-akhir ini jadwal terasa padat antara aku benar-benar sibuk atau hanya menyibukkan diri. Pilihannya yang kedua, karena dengan seperti ini aku memperoleh ketenangan, kedamaian dan banyak pelajaran yang dapat dipetik—dengan bertemu orang baru aku dapat belajar dari pengalaman mereka tentunya dengan latar belakang berbeda, memahami karakter dan berpikir secara terbuka dengan sudut pandang berbeda.
Minggu terakhir Juli mempertemukan aku dengan seorang wanita paruh baya dengan rute busway sama. Awalnya aku sama sekali tidak mengubris keberadaannya—fokus pada iringan musik yang menyala pada earphone seraya menoleh arah datangnya bus. Saat memasuki bus, ia melambaikan tangan ke arahku bermaksud menawarkan kursi kosong yang berada di sebelahnya, aku duduk. Kemudian kami mulai berbincang-bincang perihal latar belakang sampai ia membahas dirinya sendiri. Di sini aku tidak ingin menyudutkan apa yang menjadi perbincangan, melainkan pelajaran yang dapat kuambil.
Setiap perkara atau permasalahan yang sedang kita hadapi, kita harus berani mengambil keputusan. Entah seberapa jauh keputusan itu membawa kita—apakah kita akan menyesal pada keputusan yang kita ambil atau kita akan puas dengan hasilnya. Kita tidak akan tahu hasilnya jika tidak memilih. Perihal ini dapat digambarkan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya ketika kamu mendapat pekerjaan baru. Pilihannya 2, yaitu :
1. Kamu tetap bertahan pada pekerjaan dengan fasilitas ini. Atau,
2. Kamu terima pekerjaan baru dengan fasilitas berbeda dari sebelumnya tapi ada keuntungan lain yang menarik.
Dan, ini poin yang menarik lainnya. Hidup bukan tentang siapa cepat mencapai garis finish, tapi seberapa tepat kita telah berdamai dengan semua keadaan dan diri, bahagia dengan apa yang kita punya dengan tidak membandingkan diri dengan orang lain, menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan mempunyai value.
Lepas dari semua tulisan, aku tetaplah manusia dengan segala overthinking—aku masih kurang dalam berbahasa asing di tengah lingkungan yang sudah expert, aku masih nyaman dengan kesendirian di tengah teman yang sudah mempunyai pasangan dan dari semua yang kusebutkan aku masih belajar untuk improve dan mendevelopment diri menjadi lebih baik. Karena aku punya prinsip hidup tidak akan maju bila kita stuck di satu tempat—hidup harus mempunyai tujuan.
Dari Juli, aku belajar bahwa tidak semuanya harus berjalan cepat—tidak apa berjalan lambat, asalkan tujuan tercapai.
Dengan berjalan lambat, kita dapat menikmati setiap prosesnya.
Dari Juli, aku belajar mengambil keputusan atas hidup bahwa setiap yang kita pilih memiliki risiko dan harus siap.
Dari Juli, aku belajar tidak perlu khawatir akan hari esok asalkan berjalan bersama Tuhan, semua akan aman.
Dan dari Juli untuk Agustus, mari kita ciptakan hal-hal kecil yang berdampak besar untuk periode selanjutnya.



Gemoy
BalasHapus